Sunday, 30 September 2012

Perjalanan Hidup

Edisi jalan2 ke pantai Sundak dan Drini, Gunung Kidul




Edisi Masih aktif di organisasi mahasiswa

Edisi Jalan-jalan ke Kali Kuning (sebelum erupsi merapi)

Edisi Awal Jadi Mahasiswa



Edisi Mudik



Wednesday, 26 September 2012

Mampukan Aku Mengubah Dunia???


Untuk membuat dunia menjadi tempat yang nyaman untuk hidup, kadangkala kita harus mengubah cara pandang kita, hati kita, dan diri kita sendiri dan bukan dengan jalan mengubah dunia.

Karena kita seringkali keliru dalam menafsirkan dunia. Dunia, dalam pikiran kita kadang hanyalah sesuatu bentuk personal. Dunia, kita artikan sebagai milik kita sendiri, yang pemainnya adalah kita sendiri, dan tak ada orang lain yang terlibat diasana karena seringkali dalam pandangan kita, dunia adalah bayangan kita sendiri.

memang, Jalan kehidupan yang kita tempuh masih terjal dan berbatu. Manakah yang kita pilih? Melapisi setiap jalan itu dengan permadani berbulu agar kita tak pernah merasakan sakit, atau melapisi hati kita dengan kulit pelapis, agar kita dapat bertahan melalui jalan-jalan itu?

Kisah Inspiratif #9 Surat Cinta dari Sang Pencipta

Saat kau terbangun dari tidurmu di pagi hari, AKU memandangmu dan berharap engkau akan berbicara kepadaKU, walaupun hanya sepatah kata meminta pendapatKU atau bersyukur kepadaKU atas sesuatu hal yang indah yang terjadi dalam hidupmu hari ini atau kemarin.

Tetapi AKU melihat engkau begitu sibuk mempersiapkan diri untuk pergi bekerja. Aku kembali menanti saat engkau sedang bersiap, AKU tahu akan ada sedikit waktu bagimu untuk berhenti dan menyapaKU, tetapi engkau terlalu sibuk.

Ketika kau duduk di sebuah kursi selama lima belas menit tanpa melakukan apapun, kemudian AKU melihat engkau menggerakkan kakimu. AKU berfikir engkau akan berbicara kepadaKU tetapi engkau mengeluarkan hp mu dan menelpon seorang teman untuk mendengarkan gosip terbaru. AKU melihatmu ketika engkau pergi bekerja dan AKU menanti dengan sabar sepanjang hari. Dengan semua kegiatanmu AKU berfikir engkau terlalu sibuk mengucapkan sesuatu kepadaKU.

Sebelum makan siang AKU melihatmu memandang ke sekeliling, mungkin engkau merasa malu untuk berbicara kepadaKU, itulah sebabnya mengapa engkau tidak menundukkan kepalamu. Engkau memandang tiga atau empat meja sekitarmu dan melihat beberapa temanmu berbicara dan menyebut namaKU dengan lembut sebelum mereka menyantap rizki yang AKU berikan, tetapi engkau tidak melakukannya. Yah, tidak apa-apa masih ada waktu yang tersisa dan aku berharap engkau akan berbicara denganKU, meskipun saat engkau pulang ke rumah kelihatannya seakan-akan banyak hal yang harus kau kerjakan. Setelah tugasmu selesai, engkau menyalakan TV dan menikmati makananmu tetapi kembali kau tidak berbicara kepadaKU.

Saat tiduk KUpikir kau merasa terlalu lelah. Setelah mengucapkan selamat malam pada keluargamu, kau melompat ketempat tidur dan tertidur tanpa sepatahpun namaKU kau sebut. Tidak apa-apa karena mungkin engkau tidak menyadari bahwa AKU selalu hadir untukmu. AKU telah bersabar lebih lama dari yang kau sadari. AKU bahkan ingin mengajarkan bagaimana bersabar terhadap orang lain. AKU sangat menyayangimu, setiap hari AKU menantikan sepatah kata, do'a, pikiran atau ucapan syukur dari hatimu. Baiklah, engkau bangun kembali dan kembali AKU menanti dengan penuh kasih bahwa hari ini kau akan memberiku sedikit sedikit waktu untuk menyapaKU.

Tapi yang AKU tunggu...ah, tak jua kau menyapaKU. Dari detik ke detik, dari menit ke menit, dari jam ke jam, hingga hari berganti lagi, kau masih mengacuhkan AKU. Tak ada sepatah kata, tak ada seucap do'a dan tak ada rasa, tak ada harapan dan keinginan untuk bersujud kepadaKU.

Apakah salahKU padamu? Rizki yang AKU limpahkan, kesehatan yang AKU berikan, harta yang AKU relakan, makanan yang AKU hidangkan, anak-anak yang AKU rahmatkan, apakah hal itu tidak membuatmu ingat kepadaKU? Percayalah AKU selalu mengasihimu, dan AKU berharap suatu saat engkau akan mengapaKU, memohon perlindunganKU dan bersujud menghadapKU.

Yang selalu menyertaimu setiap saat,
Allah SWT.

Friday, 27 April 2012

Kisah Inspiratif #8 Batu Besar


Suatu hari seorang dosen sedang memberi kuliah tentang manjemen waktu pada para mahasiswa MBA. Dengan penuh semangat ia berdiri di depan kelas dan berkata, "Okay, sekarang waktunya untuk Quiz." Kemudian ia mengeluarkan sebuah ember kosong dan meletakkannya di meja. Kemudian ia mengisi ember tersebut dengan batu sebesar kepalan tangan. Ia mengisi erus hingga tidak ada lagi batu yang cukup untuk dimasukkan ke dalam ember tersebut. Ia bertanya pada kelas, " Menurut kalian, apakah ember ini telah penuh?"

Semua mahasiswa serentak berkata, "Ya!"

Dosen bertanya kembali, "Sungguhkah demikian?" Kemudian, dari dalam meja ia mengeluarkan sekantung kerikil kecil. Ia menuangkan kerikil-kerikil itu ke dalam ember lalu mengocok-ngocok ember itu sehingga kerikil-kerikil itu turun ke bawah mengisi celah-celah kosong di antara batu-batu. Kemudian, sekali lagi ia bertanya pada kelas, "Nah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?"

Kali ini para mahasiswa terdiam. Seorang menjawab, "Mungkin tidak."

"Bagus sekali," sahut dosen. Kemudian ia mengeluarkan sekantung pasir dan menuangkannya ke dalam ember. Pasir itu berjatuhan mengisi celah-celah kosong antara batu dan kerikil. Sekali lagi ia bertanya, "Baiklah, apakah sekarang ember ini sudah penuh?"

"Belum!" sahut seluruh keras.

Sekali lagi ia berkata, "Bagus. Bagus sekali." Kemudian ia meraih sebotol air dan mulai menuangkan airnya ke dalam ember sampai ke bibir ember. lalu ia menoleh ke kelas dan bertanya, "Tahukah kalian apa maksud ilustrasi ini?"

Seorang mahasiswa dengan semangat mengacungkan jari dan berkata, "Maksudnya adalah tak peduli seberapa padat jadwal kita, bila kita mau berusaha sekuat tenaga maka pasti kita bisa mengerjakannya."

"Oh, bukan," sahut dosen, "Bukan itu maksudnya. Kenyataan dari ilustrasi mengajarkan pada kita bahwa: bila anda tidak memasukkan "batu besar" terlebih dahulu, maka anda tidak akan bisa memasukkan semuanya."

Apa yang dimaksud dengan "batu besar" dalam hidup anda? Anak-anak anda, Pasangan Anda, Pendidikan anda, Hal-hal penting dalam hidup anda, mengajarkan sesuatu pada orang lain, melakukan pekerjaan yang kau cintai, waktu untuk diri sendiri, kesehatan anda, teman anda, atau semua yang berharga.

Ingatlah untu selalu memasukkan "batu besar" pertama kali atau anda akan kehilangan semuanya. bila anda mengisinya dengan hal-hal kecil (semacam kerikil dan pasir) maka hidup anda akan penuh dengan hal-hal kecil yang merisaukan dan ini semestinya tidak perlu. Karena dengan demikian anda tidak akan pernah memiliki waktu yang sesungguhnya anda perlukan untuk hal-hal besar dan penting.

Oleh karena itu, setiap pagi atau malam ketika akan merenungkan cerita pendek ini, tanyalah pada diri anda sendiri :"Apakah "Batu besar" dalam hidup saya?" Lalu kerjakan itu pertama kali."

Thursday, 26 April 2012

Kisah Inspiratif #7 Paku

Suatu ketika, ada seorang anak laki-laki yang memiliki sifat pemarah. Untuk mengurangi kebiasaan marah sang anak, ayahnya memberikan sekantong paku dan mengatakan pada anak itu untuk memakukan sebuah paku di pagar belakang setiap kali dia marah.

hari pertama anak itu telah memakukan 48 paku ke pagar setiap kali dia marah. Lalu secara bertahap jumlah itu berkurang. Dia mendapati bahwa ternyata lebih mudah menah amarahnya daripada memakukan paku ke pagar.

Akhirnya tibalah hari dimana anak tersebut merasa sama sekali bisa mengendalikan amarahnya dan tidak cepat kehilangan kesabarannya. Dia memberitahukan hal ini kepada ayahnya yang kemudian mengusulkan agar dia mencabut satu paku untuk setiap hari dimana dia tidak marah.

Hari-hari berlalu dan anak laki-laki itu akhirnya memberitahu ayahnya bahwa semua paku talah tercabut olehnya. Lalu sang ayah menuntun anaknya ke pagar. "Hmmm, kamu telah berhasil dengan baik anakku, tapi lihatlah lubang-lubang di pagar ini. Pagar ini tidak akan pernah bisa sama seperti sebelumnya. Ketika kamu mengatakan sesuatu dalam kemarahan, kata-katamu itu meninggalkan bekas seperti lubang ini di hati orang lain. Kamu dapat menusukkan pisau pada seseorang lalu mencabut pisau itu. Tetapi tidak peduli beberapa kali kamu minta maaf, luka itu akan tetap ada dan luka karena kata-kata adalah sama buruknya dengan luka fisik."

Wednesday, 25 April 2012

Kisah Inspiiratif #6 Mawar Untuk IBU

Seorang pria berhenti di toko bunga untuk memesan seikat karangan bunga yang akan dipaketkan pada sang ibu yang tinggal sejauh 250 km darinya. Begitu keluar dari mobilnya, ia melihat seorang gadis kecil berdiri di trotoar jalan sambil menangis tersedu-sedu. Pria itu menanyainya kenapa dan dijawab oleh gadis kecil, "Saya ingin membeli setangkai bunga mawar merah untuk ibu saya. Tapi saya cuma punya uang lima ratus saja, sedangkan harga mawar itu seribu."

Pria itu tersenyum dan berkata, "Ayo ikut, aku akan membelikanmu bunga yang kau mau." Kemudian ia membelikan gadis kecil itu setangkai mawar merah, sekaligus memesankan karangan bunga untuk dikirim ke ibunya.

Ketika selesai dan hendak pulang, ia menawarkan diri untuk mengantar gadis kecil itu pulang ke rumah. Gadis kecil itu melonjak gembira. "Ya, tentu saja. Maukah anda mengantarkan ke tempat ibu saya?"

Kemudian mereka berdua menuju ke tempat yang ditunjukkan gadis kecil itu, yaitu pemakaman umum, lalu gadis kecil itu meletakkan bunyanya pada sebuah kuburan yang masih basah.

Melihat hal itu, hati pria itu menjadi terenyuh dan teringat sesuatu. Bergegas ia kembali menuju toko bunga tadidan membatalkan kirimannya. Ia mengambil karangan bunga yang dipesannya dan mengendarai sendiri kendaraannya sejauh 250 km menuju rumah ibunya.


(diadaptasi dari: Rose for Mama - C.W. McCall)

Kisah Inspiratif #5 Misi Hidup Dalam Sebuah Kerja

Seorang wanita tua, bertubuh gemuk, dengan senyum jenaka di sela-sela pipinya yang bulat, duduk menggelar nasi bungkus dagangannya. Segera saja beberapa pekerja bangunan dan kuli angkut yang sudah menunggu sejak tadi mengerubungi dan  membuatnya sibuk meladeni. Bagi mereka menu dan rasa bukan soal,yang terpenting adalah harganya yang luar biasa murah.


Hampir-hampir mustahil ada orang yang bisa berdagang dengan harga sedemikian rendah. Lalu apa untungnya? Wanita tua itu terkekeh dan menjawab, "Bisa numpang makan dan beli sedikit sabun." Tapi bukankah ia bisa menaikkan harga sedikit? Sekali lagi ia terkekeh, "Lalu bagaimana kuli-kuli itu bisa beli? Siapa yang mau menyediakan sarapan buat mereka?" katanya sambil menunjukkan para lelaki yang kini berlompatan ke atas truk pengantar mereka ke tempat kerja.


Ah! Betapa cantiknya, bila sebongkah misi hidup dipadukan dalam sebuah kerja. Orang-orang yang memahami benar kehadiran karyanya, sebagaimana wanita tua di atas, yang bekerja demi setitik kesejahteraan hidup manusia, adalah tiang penyangga yang menahan langit agar tak runtuh. Merekalah beludru halus yang membuat jalan hidup yang tampak keras berbatu ini menjadi lembut bahkan mengobati luka. Bukankah demikian tugas kita dalam kerja: menghadirkan secercah kesejahteraan bagi sesama.